Dan hari pun retak dihadapanku. Kita sama-sama diam dan saling memunggungi. Si bodoh, si pencinta dan si pengkhianat. Jeritan Stellastarr "damn this foolish heart" mencekik reliku kematian
yang menggantung dileherku. Seperti ratusan stripper menari di perut.
Rasanya menggelitik, panas dan menggoda, ilusi seperti berejakulasi dengan abstraksi nyata. Sekali lagi Stellastarr menjerit "damn this foolish heart". Tolong usaikan pentasnya, aku akan menonton kisah kolosalnya di atas tribune. Hingga chapter terakhir usai kamu lakonkan. Rintihku.
Kebenaran berbalut perih tetaplah berwujud kebenaran. Tak akan ada
sutradara yang berteriak cut atau scriptwriter yang mengganti
naskahnya.Saat amphitheater Romawi-nya membuka layar, tontonkanlah penampilan
terbaikmu yang penuh kehangatan dan memabukkan. Imajinasi liar tentang ratusan stripper telanjang.
Wanitamu itu pelayan yang hebat di ranjang, tak sebanding dengan mucikari Firaun manapun. Dan malam pun retak. Matamu yang curiga dan asing perlahan tenggelam dan hanyut dalam lekukan erotisnya. Tak ada sendu saat kamu menarikan lakon itu di atas pentas.
Sorot mataku tak sabar ingin menyaksikan orgasme dari pertunjukkan yang
kamu sajikan. Bau kamar hotel murahan dan ranjang berantakan. Kulit lembut dengan puting pucat.
Seperti putri tidur yang terbangun saat dicium keterasingan, aku tak
melanjutkan menonton liuk gerak gerik birahimu. Melangkah menjauh layaknya prajurit Sparta. Sekilas aku mendengar tepuk riuh para penonton memberi aplaus akan
siklus epik yang kamu tampilkan.
Pesta usai, bau smirnoff dan seprei
putih lecek. Ibarat biji kopi mulai ranum, wanginya sesekali masih menusuk
penciumanku. Meracik rasa dengan ramuan memabukkan, tapi bukan tarian
seorang stripper berbayar.
Satu kata aku ucapkan untukmu. Kallistei! Dan layar amphitheater Epidaurus-ku pun usai.
**Kallistei = "Untuk yang tercantik." Dituliskan pada sebuah apel sebagai mantra kutukan dari Eris.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 Response to "Kallistei"
Post a Comment